Kutipan Drama Itaewon Class
Halo selamat siang sahabat ceukaku.. Siang ini mimin mau ngepost lanjutan Kutipan Drama Itaewon Class Nihh.. langsung saja yahh.. ini dia kutipannya, selamat membaca, jangan lupa tinggalkan komennya,, gomawo.
Episode 11
“Semua orang
menyukai kisah sukses.”
“Kau bertahan di
sini dengan baik meski sebenarnya tak pantas.”
“Kau tak usah
berambisi. Hiduplah sesuai asalmu.”
“Aku tak pernah
menginginkan sesuatu dalam hidup.”
“Aku pasti belajar
sesuatu di sini. Kurasa diriku sedikit berubah.”
“Aku tak mengerti
alasanmu, tapi tak bisa kuhentikan.”
“Aku akan berusaha
keras.”
“melihat kau
mengunjungiku buat aku merasa lebih baik.”
“Ini terlalu
kejam.”
“Kita terlalu
cepat melepasnya.”
“kau lebih cantik
dariku.”
“Aku ingin memiliki
sesuatu. Aku berambisi akan sesuatu.”
“Kenapa punya anak bila
tak bisa kau beri makan?”
“Aku suka padamu,
tapi kau ternyata jahat.”
“Apa aku jahat karena
meminta kembali uang yang dipinjam?”
“Dia punya uang untuk minum, tapi tak punya untuk beri makan anak. Itu konyol.”
“Bagaimana bisa
aku hidup tanpa dia?”
“Aku menilaimu
terlalu tinggi.”
“Sepertinya kau
senang karena berhasil jadi yang kedua.”
“Aku yang harus
ajari anakku.”
“Wajahmu terlihat
bodoh. Sepertinya kau masih tak bias membaca
situasi.”
“Kita selalu nomor
satu, karena itu kita yang terbaik di bisnis ini.”
“Ayah berharap banyak karena
tekadmu yang besar. Namun, kau masih saja polos.”
“Aku tak perlu
orang berotak kosong dalam timku. Cepatlah
beradaptasi.”
“Kau tak tahu
bagaimana aku lahir dan hidup sampai sekarang.”
“Aku tak tertarik
dengan kisahmu.”
“Kalau kau tak
suka dengar hal itu, bekerjalah dengan baik.”
“Lebih aman membuka
cabang satu per satu dibandingkan membuka banyak cabang
sekaligus.”
“Hidup sebagai
orang asing itu sulit.”
“Membantu Toni dan
ayahnya serta hal-hal lain sangatlah baik. Tapi
itu semua ada waktunya dan kita perlu belajar
tentang prioritas.”
“Kenapa kau selalu
buat orang menjadi tidak sabar?”
“Memang aku yang
jahat dan tak berperasaan di sini.”
“Kau yang
memutuskan semua ini. Aku akan mengikuti
keputusanmu.”
“Apa kau tak bisa
percaya padaku?”
“Apa kau yakin? Kalau
begitu, kita lakukan.”
“Aku percaya
padamu.”
“Bagaimana bisa
kau jahat dan tak berperasaan? Masalahnya di bos
yang bodoh ini. Maafkan aku. Karena aku, kau
terlihat jahat.”
“Kau harus putuskan
nilai kedaimu. bila tak ingin tergoda oleh pihak lain.”
“Mereka kecil tapi kuat.”
“Bos yang berjuang
dari titik awal hingga saat ini. Lalu manajer yang
pintar dan bisa membaca situasi. Bukankah cukup
untuk berinvestasi?”
“Dia dapatkan
jumlah yang besar. Dia benar-benar hebat.”
“Kami harus
memeriksa beberapa hal terlebih dahulu.”
“Apa kau mati
dapat membawa makanan?”
“Kau harusnya
mencari kerja. Bagaimana kau bisa menjadi ayah? Kau
hanya mau selamat sendiri, dasar tak punya otak! Kau
jahat dan bodoh!”
“Aku bisa karena
kalian.”
“Aku ayah tak
berguna. Kukira dia akan lebih baik tanpaku.”
“Kau bisa
berkeinginan mati, tapi tak bisa berkeinginan hidup?”
“Apa kau tahu
perasaanku melihat anak kelaparan?”
“Lebih baik punya
ayah dibandingkan punya nasi. Putramu akan
sedih. Bila kau pergi, dia terus
memikirkan serta merindukanmu.”
“Keluarga. Aku juga punya itu dahulu. Anak laki-laki baik yang selalu hidup mengikuti segala permintaan dari ibu yang buruk ini.”
“Walau miskin, tapi
berkat dia, kami tak pernah tahu itu. Walau nenekmu kelaparan, tapi
ayah selalu kenyang. Ayah baru tahu betapa hebatnya itu setelah
kau lahir.”
“Jangga... selalu
berada di puncak. Bila puas berada di posisi kedua, dia
tak punya hak berada di Jangga.”
“Aku hanya
khawatir padamu.”
“Terima kasih atas
kekhawatiranmu.”
“Marah-marah akan
menjadi nilai minus. Semua itu ada waktunya.”
“Apa nyaman
bekerja dari hasil nepotisme?”
“Belum lama, tapi
aku sudah rindu.”
“Kau sangat keren
hari ini. Aku hampir jatuh cinta padamu.”
“Keberuntungan ada
di pihakku.”
“Aku hanya suka
pada Soo-ah.”
“Kau tak boleh
susul dia bila begitu. Kau tak lihat dia sebagai
wanita, 'kan? Jika kau susul, kau memberi harapan palsu.”
“Saat ini, kau tak
perlu bersikeras menyakiti perasaannya.”
“Jangan biarkan
dia sendiri.”
“Aku bukan wanita
bagimu.”
“Kau gadis cerdas. Kenapa
bertingkah seperti bocah?”
“Hatiku seperti
akan meledak.”
“Aku mencintaimu. Aku
sangat mencintaimu.”
“Aku tak pernah
sekali pun menganggapmu seperti keluargaku.”
“Sejak kali pertama
kita bertemu hingga saat ini. Tidak ada
perasaan yang lebih jelas dari perasaan ini.”
“Aku memanfaatkan
perasaan dia padaku untuk membantumu
dalam berbagai hal.”
“Aku tak minta kau
memahamiku. Aku tak ingin berbohong padamu. Inilah
aku yang sebenarnya.”
“Aku tahu kau
tak suka hal seperti ini. Karena tahu kau tak suka, aku tak akan
seperti itu lagi.”
“Jangan bicarakan dia dan terima saja
aku yang sekarang.”
“Bila kau tak
menyukaiku, bilang saja tak suka.”
“Masalah pekerjaan
atau perbedaan umur. Alasan itu terdengar payah.”
“Apa aku benar-benar
tak ada kesempatan?”
“Jangan sukai aku.”
Episode 12
“Kau itu punya
tempat bersembunyi yang mudah ditebak.”
“Aku sekarang
ingin sendiri.”
“Sepertinya ini
kali pertama aku melihat kau menangis. Ternyata kau tahu
cara menangis.”
“Aku tidak bisa
membuangmu begitu saja.”
“Mereka disebut
keluarga bila bisa saling mengandalkan tanpa
alasan.”
“Aku harus
profesional.”
“Aku hanya merasa
tak ada hari istirahat karena setiap hari bekerja.”
“Aku kembali
setelah lebih baik.”
“Berliburlah saat
kau ingin. Kau bekerja keras selama ini. Istirahatlah
dengan baik.”
“Aku menyedihkan. Aku
sudah rindu dengannya.”
“Rasa terbiasa
dapat menipu perasaan kita.”
“Sepertinya kalian
butuh waktu untuk membereskan hati masing-masing.”
“Makin keras dia
berusaha, makin keras dia jatuh dan hancur.”
“Kita perlu
menunjukkan bahwa aku, terkadang adalah
pria tua yang licik.”
“Bila kau merasa
ini tak benar, maka jangan.”
“Dasar dari
berbisnis adalah saling percaya. Dan kami tidak
akan membiarkan kepercayaan dan uang kalian terbuang
begitu saja. Ada investasi ataupun tidak, semua rencana
yang ada akan tetap berjalan.”
“Kau yang bilang, Hubungan
kita diputuskan olehku. Balas dendam
terhadap Jangga. Kebencianmu padanya. Lepaskan semua itu dan
datanglah padaku. Berhentilah. Ayo hidup
bahagia.”
“Jangan salahkan
dirimu sendiri. Kau bilang aku pantas dipertaruhkan. percayalah
padaku.”
“Masalah yang
benar-benar besar bagiku adalah karena prinsipku, Hidupku
sudah pernah hancur. Alasan aku bisa bangkit lagi adalah
rasa balas dendam. Dan sebelum itu terjadi, aku
tak akan bisa bahagia.”
“Aku akan
menghancurkan Jangga. Sebelum itu terjadi, aku
takkan mundur atau berhenti.”
“Kau sudah menua. Waktu
memang berjalan. Tidak ada yang menang melawan waktu.”
“Pada awalnya, aku
hanya ingin memberinya pelajaran. Tapi sekarang, aku
ingin dia sekali saja berlutut dalam hidup ini. Itu
adalah tujuan terakhir dalam hidupku.”
“Makin kenal
ayahku, aku makin merasa dia hebat.”
“Menghancurkan
hidup itu hebat?”
“Mereka berdua
sama. Mereka tak peduli perasaan orang dan
hanya fokus pada tujuan.”
“Aku sangat
menyukaimu hingga sulit dijelaskan.”
“Karena aku sangat
menyukaimu, aku tidak kuliah dan bekerja di DanBam.”
“Alasan aku
bekerja di sini adalah kau, Bos.”
“Walau perasaan
ini tidak berbalas, aku tidak masalah. Ini bukan sesuatu yang
kau beri dan terima. Tapi aku masih menyukaimu.“
“Jangan suruh aku
tak menyukaimu atau menyerah. Ini perasaanku
dan kau tak punya hak untuk mengurusi itu.”
“Aku tak bisa
bayangkan DanBam tanpa dirimu.”
“Kau tak punya
uang dan kemampuan. Mimpimu saja yang besar.”
“Semua karyawannya
kesulitan, tapi sang bos hanya peduli pada harga
dirinya. Kau hanya mementingkan integritasmu.”
“Siapa yang mau
berinvestasi pada orang bodoh sepertimu? Mereka tentu akan
rugi.”
“Kau tak akan
biarkan kau dan karyawanmu diganggu oleh siapa pun. Kau
kira bisa pertahankan prinsipmu dan punya kebebasan? Itu
tak masuk akal.”
“Kebebasan itu
tidak gratis. Kebebasan ada harganya.”
“Ini bukan perang
rasa, tapi siapa yang paling terkenal.”
“Alasan aku bisa
bangkit lagi adalah rasa balas dendam. Dan sebelum itu
terjadi, aku tak akan bisa bahagia.”
“Balas dendam
lebih penting bagimu daripada hidup bahagia denganku.”
“Aku mengerti. Aku
tahu benar kau tak bisa dihentikan. Aku menjadi beban
di mana-mana.”
“Bila balas
dendammu selesai, apa kau akan bahagia?”
“Aku akan bekerja
keras agar kau tidak merugi.”
“Aku ini pebisnis. Aku
tak suka buang uang percuma. Hasrat kita haruslah sama.”
“Aku minta
maaf dan terima kasih.”
“Aku mencintaimu. Selamat
tidur. Mimpikan aku nanti.”
“Bila popularitas
digunakan dalam hasil acara, kita bisa buat
itu menjadi rasa benci.”
“Dia adalah
seorang teman yang berharga bagiku.”
“Kau orang
paling berani yang pernah kutemui. Apa pun yang
dikatakan orang, kau adalah wanita paling berani dan
cantik.”
“Aku ini sangat
berani. Aku datang mempertaruhkan nama DanBam. Aku
tidak akan kabur. Aku akan yakinkan mereka dengan rasa. Aku
pasti bisa.”
“Tak apa jika kau
ingin kabur. Kau tak salah apa pun. Benarkan? Ini
tak sepenting itu hingga kau harus mengalami semua ini.”
“Kau tak perlu meyakinkan
orang lain soal siapa dirimu.”
“Agar tidak ada
orang yang berani menggangguku dan orang-orangku, ucapan
dan perbuatanku harus memiliki kekuatan. Aku
tak mau goyah oleh siapa pun atau situasi apa pun. Aku
ingin bisa membuat keputusan sendiri dalam hidup dan
tak perlu membayar atas prinsipku.”
“Aku tak perlu
meyakinkan orang lain soal siapa diriku.”
“Bersikaplah
suportif. Kalau tidak, aku kecewa.”
“Bila kau
dilahirkan sebagai pria, kau harus hidup sebagai
pria. Bila dilahirkan sebagai wanita, hiduplah
sebagai wanita. Ini adalah norma kehidupan yang ada. Sesuatu
yang normal.”
“Hyun-yi melawan
hukum alam dan hidup dengan caranya sendiri. Jangan
cemas dan meremehkan dia. Wanita itu lebih
kuat dari siapa pun.”
“Aku adalah sebuah batu. Cobalah untuk membakarku. Aku akan bergeming karena aku sebuah batu. Coba pukul aku lebih keras. Aku adalah batu yang keras. Coba perangkap aku dalam kegelapan. Aku adalah batu yang bersinar dengan sendirinya. Hancur lebur seperti debu. Aku menolak untuk menjadi seperti itu. Aku bertahan. Aku adalah berlian.”
Comments
Post a Comment