Kutipan Drama Itaewon Class
Halo sahabat Ceukaku,,
bagaimana kabarnya hari ini,, semoga sehat dan pada semangat yahh.. semangat
nungguin kutipan-kutipan dari mimin pastinya haha..
Kali ini mimin mau ngepost
lanjutan Kutipan Drama Itaewon Class nihh. Episode-episode saat ini lagi mulai
naik klimaks nihh sahabat-sahabat ceukaku, udah mulai seru dan mulai menebak-nebak
apa yang akan selanjutnya terjadi antara Park se ro yi dan Presdir Jang..
Untuk sinopsis segitu aja yahh,,
saatnya kita lihat sama-sama kutipannya.. Untuk sahabat-sahabat ceukaku yang
mau minta masukan atau mau minta kutipan kutipan drama yang menurut sahabat
ceukaku keren, bisa komen yahh di bawahh.. gomawo dan selamat membaca..
Episode 07
“Aku tidak ingin ada
kesalahan apa pun hari ini. Karena itu, berperilakulah
seperti biasa.”
“Aku percaya
padamu.”
“Bersyukurlah. Aku
tidak menganggapmu sebagai musuh. Menyerahlah dan hidup biasa
saja.”
“Mungkin ini
proses yang lambat, tapi aku melakukannya perlahan-lahan, dan
kau adalah tujuan akhirku.”
“Yang kau bisa
lakukan untuk ayahku adalah berlutut dan menebus dosamu. Aku
akan mewujudkannya.”
“Gertakan yang
keras kepala, nekat, dan sombong. Kau perlu dipukul
dengan tongkat.”
“Harimau tidak
menggeram atau mengaum. Mereka hanya mengoyakmu. Aku
akan mengajarimu apa artinya itu.”
“Harimau tentu
mengaum. Mereka mengaum dengan lantang.”
“Kau harusnya
menahan diri. Dia adalah lawan yang tangguh.”
“Pukulan pertama penting
saat bertarung. Lalu pukulan pertama harus dari
belakang.”
“Aku melawannya
dengan caraku, dengan bertahan.”
“Ucapanmu cukup
menusuk.”
“Ada hal yang tak
bisa ditahan oleh orang lain. Pergilah bila kau
sudah selesai.”
“Aku tak ingin
bicarakan itu. Karena kau menyebalkan.”
“Kau bisa hidup
baik dengan lupakan semua. Itu hal yang diucapkan oleh
orang yang tak pernah dirundung.”
“Aku bahkan
terkadang terbangun karena memimpikan Jang Geun-won. Tak
hanya sekali aku naik ke atap di malam hari karena ingin
bunuh diri.”
“Aku tak pintar
menghibur orang.”
“Hal yang
membuatku bertahan selama itu adalah rasa ingin membalas
dendam.”
“Mimpiku adalah
menjadi manajer aset finansial. Itu semacam
manajer dana.”
“Aku tak bisa jujur
tadi karena sedikit terganggu.”
“Aku berterima
kasih karena
kau membantuku.”
“Saat aku keluar nanti, aku
akan buka kedai. Kuingin jadi yang terbaik di
bisnis makanan dan menjatuhkan Jangga. Itu tujuanku.”
“Kau bilang tiga
tahun itu bagai neraka. Karena kau bertahan di
neraka itu, kau bisa masuk ke universitas terbaik.”
“Kau orang yang
kuat dan gigih.”
“Kau bilang itu
dan menyuruhku lakukan banyak hal.”
“Aku masih
merinding membayangkan itu.”
“Aku harusnya
senang melihatmu, tapi aku cukup kesal.”
“Manajer Park
adalah orang yang aku hormati dan sukai. Sayangnya, aku
tak bergerak dengan rasa kasihan atau simpati.”
“Sekalipun bukan
bantuan besar, bukankah tetap membantumu?”
“Dan perlu kau
ketahui, aku tak terlalu sedih kau menolak
bantuanku."
“Kau berbicara
seakan kau sudah mempunyai hal itu.”
“Begitulah caraku
hidup.”
“Aku akan berdiri
di sampingmu.”
“Kau menggertak
hanya karena kau punya kedai kecil sekarang.”
“Omong kosongmu takkan
membuatku bersemangat karena kau pencinta damai.”
“Sepertinya aku
bicara dengan orang yang salah. Maaf telah
mengganggu.”
“Satu persen, dua
miliar. Itu ambisi yang hebat, tapi hatiku tak
tergerak dengan angka yang kau berikan.”
“Bila kau bisa
mengganggu pikirannya, aku akan percaya kepadamu.”
“Kau memang
sedikit menyebalkan. Tapi itu pesonamu.”
“Ketika umurku
makin bertambah, aku makin khawatir bila aku tak
seperti dahulu lagi. Mungkin karena hidupku tak lama lagi.”
“Kau masih sehat.
Kau akan berumur panjang.”
“Aku telah hidup
lama dan tanpa rasa penyesalan, tapi aku khawatir
dengan perusahaan.”
“Hubungannya
dengan Jangga. Mungkin dia terlihat suka pamer dan
narsis. Tapi saham itu. Dan pukulan pertama? Rencana
dari delapan tahun lalu. Pertarungan Bos yang tak
kuketahui. Ini membuatku kesal.”
“Kenapa kau
menggangguku dengan urusan keluargamu?”
“Zaman sudah modern, cobalah
gunakan otakmu!”
“Pewarisku. Kurang
kompeten.”
“Waktu kecil aku
tak paham alasan kau memukulku. Ternyata karena
kau cemas.”
“Orang yang baik
dan jahat. Menurutmu bagaimana cara membedakannya? Dengan
melihat yang menang.”
“Ikan yang tumbuh
dalam akuarium hanya bisa tumbuh sebesar tangan ini. Namun,
bila tumbuh di alam, ia bisa tumbuh lebih dari satu meter.”
“Apa pun yang kau
lakukan, aku akan baik-baik saja.”
“Agar kau tak
menderita, akan kuhancurkan. Perusahaan
Jangga.”
“Terkadang, aku
bingung sendiri. Aku sudah jelas karyawan Jangga dan
aku bekerja keras dalam pekerjaanku. Namun, saat kau bilang ingin
membuatku menjadi pengangguran, itu membuatku sangat senang. Kadang
aku berharap kau hentikan hal ini, tapi kemudian aku
tetap mendukungmu.”
“Aku seperti
bermuka dua.”
“Kau berkata tak butuh bantuanku dan terus begitu sambil berlari sejauh itu. Tapi kau berhasil sampai dan masuk.”
“Saat kau masuk ke
dalam, aku melihat punggungmu. Saat itu aku
merasa bahwa kau orang independen yang tahu cara
mengurus dirimu sendiri. Kau keren saat itu.”
“Tak usah bingung. Jadilah
pendukung untuk dirimu sendiri.”
“Kenapa wajahmu seperti bias berbahasa Inggris, tapi sebenarnya tak bisa sama sekali?”
“Kalau aku suka
padanya? Tak ada masalah,'kan?”
“Aku juga tahu kalau kau itu orang kaya. Karena aku ingin menggunakanmu dengan cara apa pun sebagai aset. Tapi pada akhirnya, kau hanya pecundang yang tak bernyali untuk mengejarku atau perusahaan.”
“Kau mungkin puas dengan
hal yang kau miliki.”
“Aku suka padanya. Namun,
aku tak seputus asa itu.”
“Perasaan orang
pada dasarnya dangkal. Mereka berubah seiring
situasi.”
“Kau masih punya kesempatan. Jika kau sangat menginginkanku suatu hari nanti, jadilah pewaris Jangga.”
“Mungkin terasa
berat sendirian, tapi kau bisa karena bersama kami.”
“Aku ingin
mendukungmu. Sekalipun itu hal pribadi, kau bisa bagikan
denganku.”
“Aku akan lakukan apa pun untukmu. Aku akan lakukan apa pun untuk menebusnya.”
“Yang bisa kau
lakukan untukku saat ini hanyalah
mengungkap kebenaran dan menyerahkan diri.”
“Setidaknya, bukankah
kau harus menjadi ayah terhormat yang percaya diri dalam
mendukung mimpi anakmu?”
“Aku seorang pebisnis. Kau harus membayarnya. Tidak boleh kabur seperti ini. Tapi, kata-kata itu tidak sepantasnya kau katakan kepadaku.”
“Jika dia bisa
tergerak dengan rasa kasihan, tidak mungkin dia
memalsukan investigasi.”
“Pasti sulit
untukmu karena sendirian.”
“Ketika aku merasa
sedih karena masa lalunya. Aku menyadari
bahwa rasa suka ini telah menjadi rasa cinta.”
“Saat kudengar
suaranya yang menenangkan, aku menjadi emosional.”
“Aku tak ingin dia
menderita sendirian lagi. Aku putuskan
untuk membunuh semua orang yang berusaha mengganggu
pria ini. Aku mencintainya.”
“Kau ternyata
sangat benci aku.”
“Aku tidak
membencimu.”
“Sebagai pebisnis, tidak baik berselisih dengan pemilik gedung. Lebih baik menyelesaikan ini dengan baik.”
Episode 08
“Mereka hanya
ingin singkirkan orang yang mereka benci.”
“Aku dengar kau
orang yang kuat.”
“Keuntungan tak
dapat diperoleh dengan keputusan emosional.”
“Kekuatan yang aku
pikirkan datang dari manusia. Kepercayaan dari
orang-orang itu yang membuatku kuat.”
“Hidupku baru
mulai sekarang! Dan aku akan lakukan
segala yang kumau.”
“Aku melihat
diriku dalam dirimu.”
“Kedai itu
menyangkut manusia yang bekerja denganku.”
“Kau tak ingin
kehilangan siapa pun.”
“Aku mempertaruhkan
hidupku untukmu. Kau harus bertanggung jawab.”
“Akan terasa
nyaman saat itu. Tapi asal kau tahu. Karena sekali
dibiarkan, manusia bisa berubah total.”
“Aku berusaha untuk berbaikan denganmu yang bermasalah pun karena aku ingin tetap di sisinya.”
“Aku benci dengan
semua orang yang melakukan rasisme.”
“Kau bilang bahwa
mengganggu karyawanmu sama saja dengan
mengganggumu sendiri. Aku sudah putuskan. Aku
akan bunuh semua yang mengganggumu.”
“Sulit menghadapi
orang sepertimu, tapi aku akan berusaha untuk mengerti.”
“Satu persen. Dua
miliar won. Itu hanya angka.”
“Kita harus
menyamakan tujuan untuk merencanakan sesuatu.”
“Yang aku inginkan hanyalah kebebasan. Agar tidak ada orang yang berani menggangguku dan orang-orangku, ucapan dan perbuatanku harus memiliki kekuatan. Aku tak mau goyah oleh siapa pun atau situasi apa pun. Aku ingin bisa membuat keputusan sendiri dalam hidup dan tak perlu membayar atas prinsipku.”
“Makin tua, aku
makin picik.”
Comments
Post a Comment