Kutipan Drama Itaewon Class
Halo
Selamat sore sahabat ceukaku dimanapun.. di seluruh dunia hehe.. sore ini mimin
kembali lagi nih.. setelah kemarin sudah ngepost kutipan terakhir drama when my
love blooms, kali ini mimin mulai membuat kutipan drama itaewon class,, ya
walaupun dramanya udah tamat tapi mimin rasanya perlu untuk membuat dan ngepost
kutipannya.. drama yang penuh dengan syarat kehidupan.. wkwkwk
Sahabat
ceukaku mungkin udah pada tau siapa yang main di drama ini,, tapi mimin mau
ngasih tau lagi kalo drama ini di bintangi oleh park seo joon sebagai park seo
yo ri dan dia sebagai tokoh utama dari drama ini.. park seo joon kita tau udah
sering membintangi drama drama keren mulai dari drama what wrong with secretary
kim, dream high 2, dll..
oke,,
cukup untuk bahas dramanya.. sekarang kita angsung saja ke kutipannya.. selamat
membaca.. gomawo..
Episode 01
“Aku berharap dunia ini berakhir. Aku
hanya merasa hidup itu melelahkan. Aku seperti orang gila.”
“Semua orang pasti pernah lelah dengan
hidupnya.”
“Hidup itu repetitif dan mudah
ditebak. Kau berusaha masuk ke universitas bagus. Seiring usia, kau
berusaha keras untuk bertemu pria baik dan menikah. Semua usaha yang
kau lakukan. Sebenarnya semua orang tahu cara untuk sukses.”
“Cara untuk sukses, Kau hanya
perlu bekerja seperti orang gila. Dan itu melelahkan.”
“Bila hidup sangat melelahkan. mati saja.”
“Ibu kota Korea Selatan, Seoul. Di pusatnya
terdapat area bernama Yongsan. Dan kata kunci yang hangat di daerah
itu, Itaewon. Biaya sewanya di atas 200 juta won. Tertinggi
ketiga di Seoul. Di jalan kecil ini, kau bisa melihat
dunia. Inilah kisah kami yang hidup di jalan ini, dengan prinsip
hidup kami.”
“Walau dia terkadang bertingkah gila, dia hidup
penuh disiplin.”
“Dia akan pindah sekolah pekan depan. Dengan
rasa sesal di hati, aku bingung untuk menyatakan cinta kepadanya atau
tidak. Ini kisah cinta sepihak yang polos dari seorang siswi.”
“Entah apa pilihan yang tepat, tapi nuranimu
biasanya tahu apa yang ingin kau lakukan.”
“Kau bangga berbuat baik? Apa itu membuatmu
merasa baik? Menyebalkan.”
“Bisnis itu tentang manusia.”
“Hanya karena kau kaya, tak berarti bisa jadi
bajingan.”
“Penting bagimu untuk meminta maaf atas
kesalahanmu sendiri.”
“Jika berbuat salah, kau harus menerima
hukumannya.”
“Aku bersedia menerima hukumannya jika aku
salah. Namun, aku tak bisa meminta maaf kepada Jang
Geun-won. Karena aku tak merasa salah.”
“Dia mengagumkan. Dia berperilaku sesuai
prinsipnya dan bersedia bertanggung jawab.”
“Untuk alasan apa pun, kekerasan tak bisa
dibenarkan.”
“Seperti prinsipmu, ayah juga punya
prinsip sebagai seorang ayah.”
“Ayah harap kau hidup percaya diri. Hari ini
ayah lihat kau telah hidup seperti itu. Ayah sangat bangga
padamu. Teruslah hidup seperti itu, Nak.”
“Jangan khawatirkan hal-hal tak penting.”
“Aku katakan kepadamu, aku orang yang penuh
otoritas.”
“Aku lebih baik dari orang itu. Ada orang yang
lebih parah dariku. Aku harus hidup bersyukur.”
“Apa kau tahu artinya simpati? Itu perasaan
bodoh ketika memandang rendah orang lain dan hidup nyaman dari hal
itu.”
“Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi ke
depannya.”
“Kau cukup keren. Dan sangat cantik.”
“Aku dikeluarkan dari sekolah. Ayahku
dipecat. Semua itu tak masalah. Hari-hariku tak berubah. Dengan
merasakan berbagai hal, aku melewati hari demi hari. Walau masih
muda, aku pikir inilah kehidupan. Terpikir olehku beberapa hal
bodoh yang dapat membuat Ayah tertawa. Selama kita hidup, semua
tak akan menjadi masalah. Selama kita hidup. Malam itu, Ayah tak
kembali.”
“Aku hanya ingat apa yang kuterima. Aku
menyia-nyiakannya. Kenapa aku menyia-nyiakannya? Aku pasti gila.”
“Keluarga. Ayah. Sebelum aku menyadari
tindakannya yang tak pernah bisa kubalas, aku sudah kehilangan
dia. Orang yang berarti segalanya bagiku. Hatiku sakit karena
dia hanya memedulikanku. Dan karena itu aku bisa berjuang
keras. Bagiku, Ayah adalah alasanku hidup.”
“Penting bagimu untuk meminta maaf atas
kesalahanmu sendiri. Itu yang kudengar. Tapi dia merenggut seluruh milikku.”
“Semua menjadi jelas karena kau begitu kaget.”
“Terlambat. Orang yang harusnya terima
maafmu sudah meninggal. Kau yang membunuhnya. Kau harus
minta maaf langsung kepadanya.”
Episode 02
“Semua jelas karena kau begitu kaget.”
“Orang yang harusnya terima maafmu sudah
meninggal.”
“Tembak saja aku. Aku sudah tak peduli apa
pun sekarang.”
“Tidak ada yang ingin situasi ini terjadi.”
“Walau aku tak tahu perasaanmu, aku mengerti
perasaan ayahmu. Dia tentu tak ingin kau merusak hidupmu untuk orang
macam itu. Dia tentu tak ingin hal itu terjadi.”
“Ayah harap kau hidup percaya diri. Hari ini
ayah lihat kau telah hidup seperti itu. Ayah sangat bangga
padamu. Teruslah hidup seperti itu, Nak.”
“Prinsip. Ambisi. Kata itu digunakan
mereka yang hanya punya ego. Jika tak dapat apa pun, kau hanya
keras kepala dan sembrono.”
“Tak ada yang bisa kau peroleh dengan hati
nuranimu.”
“Babi lebih pintar daripada anjing. Tapi
sembilan dari sepuluh orang tetap makan babi walau mereka tahu hal
itu. Itu karena babi enak. Orang memakan babi, tapi kenapa
mereka membenci orang yang memakan anjing? Tapi kembali
lagi, anjing setia dan bisa menggemaskan. Tergantung dari pandangan
orang.”
“Karyawan perusahaan dan orang di
bawahmu yang kerja demi uang anggap mereka seperti anjing.”
“Jangan biarkan rasa keadilan konyol menguasai
dirimu. Kau harus hidup memikirkan keluargamu.”
“Apakah dunia akan lebih mudah bila aku
berlutut sekali saja? Kenapa banyak orang tertarik melihatku
berlutut?”
“Ayah harap kau hidup percaya diri. Teruslah
hidup seperti itu, Nak.”
“Maaf. Aku tak sekuat dirimu dan menjadi
pengecut.”
“Bila kau sudah putuskan, lakukan saja
itu. Kau tak salah.”
“Mantan narapidana tak bisa menjadi polisi.”
“Aku punya banyak waktu yang bisa kugunakan untuk
belajar.”
“Aku tak suka pria miskin.”
“Mulai dari sekarang, impianku adalah jadi
kaya.”
“Setiap tahun pada tanggal 31 Oktober, semua
orang rayakan festival dari AS ini. Tampaknya itu untuk
menenangkan arwah orang mati dan mengusir roh jahat. Setiap
orang berpakaian aneh dan mengerikan agar roh jahat tak menyerang
mereka. Hari itu disebut Hari Halloween.”
“Ketika aku berjalan di jalan ini, aku teringat
dirimu. Bukit tempat kita berlari di hari tes. Danau tempat kau
meminta nomorku. Juga senyummu yang malu-malu. Aku ingin
melihatnya lagi. Aku akan tunggu saat itu tiba.”
“Aku yang selalu berharap kau bahagia.”
“Toko di lokasi bagus biayanya tinggi. “
“Jangan sembarang bicara.”
“Kau selalu mengharapkan kebahagiaanku.”
“Kau hanya berusaha hidup dengan layak. Dan aku
hanya berterima kasih padamu.”
“Aku masih belum kaya.”
“Aku tak peduli bila orang lain hancur. Aku
ingin menjadi yang terhebat.”
“Jangan paksakan kebaikan dengan dunia yang tak
masuk akal.”
“Manusia pada awalnya terlahir sebagai orang jahat. Manusia terlahir dengan karakter jahat. Bila kita semua mengikuti insting, masyarakat akan hancur. Karena itu, kita hidup meredamnya dengan tata krama, simpati, etika, dan hukum.”
Comments
Post a Comment