Kutipan Drama When the Weather is Fine [Episode 11 & Episode 12]

Kutipan Drama When the Weather is Fine


Episode 11, Dua Kisah Berbeda

Kesedihan bisa dikurangi oleh kesedihan orang lain. [Shin Myung-yeo]

“Apa kamu Jin Ho? Aku ibumu. Kim Jin Ho adalah namamu. Aku memberimu nama itu. Kurasa ayahmu tidak pernah memberitahumu. Jin Ho, masalahnya aku sakit keras. Jadi, Aku ingin kamu mengunjungiku. Begini, aku sangat merindukanmu. Aku berada di Andong. Bisakah kamu mengunjungiku?” [Ibu Kandung Lim Eun-seob]

“Hari itu, aku tidak pergi. Aku merasa aku akan mengkhianati orang tuaku jika ke sana untuk menemuinya. Selain itu, aku melihatmu di peron pada hari itu.” [Lim Eun-seob]

“Pak Hamil, bisakah orang hidup tanpa cinta? Alih-alih menjawab pertanyaanku, dia meminum teh min yang baik untuk kesehatan seseorang. Dia menatapku tanpa berkata-kata. Dia mungkin berpikir aku masih terlalu muda dan ada banyak hal di dunia yang sebaiknya tidak kuketahui. Pak Hamil, kenapa kamu tidak menjawabku? Pak Hamil, bisakah orang hidup tanpa cinta? Ya,' katanya. Dia menunduk, terlihat malu. Aku menangis.” [Semua Pertamaku, Novel oleh Cha Yun Taek]

“Malam yang gelap gulita. Lampu di kamar sudah mati. Pakaian putih yang tergantung di rak terlihat jauh dan dingin. Aku mendengar suara lonceng kuda dari barat laut. Aku membuka pintunya. Langit malam gelap gulita. Ada aroma jamur pinus di udara.” [Deer, koleksi puisi oleh Baek Seok]

Aku membesarkan putriku dengan kasih sayang. Tapi itu tidak berarti begitu uang terlibat. Semua hal di dunia berubah. Semuanya berubah dan pergi. Tidak terkecuali anak-anak kita. Tapi buku itu berbeda. Selagi banyak berisi, buku jarang berubah. [Lim Eun-seob’s Landlord]

“Kamu tahu hari itu. Hari saat aku naik kereta Mugunghwa. Aku sangat ingin mati pada hari itu. Begitulah yang kurasakan saat itu. Bangun pada pagi hari dan pergi ke sekolah merasa sangat menderita saat itu. Aku memikirkan bagaimana aku harus mati. Lalu aku memutuskan untuk pergi ke stasiun dekat sungai. Aku akan ke sana dan mati. Tapi rasanya aku tidak akan mati jika masuk begitu saja. Aku berpikir apakah aku harus meletakkan batu di dalam sakuku. Tapi tiba-tiba aku merasa sangat lapar. Baiklah. Haruskah aku makan sekali lagi sebelum mati? Tapi setelah selesai makan, aku mengantuk. Apa sebaiknya aku tidur dulu sebentar? Sepanjang hari berlalu seperti itu dan terpikir sesuatu. Benar, aku tidak akan pernah mati jika begini. Tidak. Aku harus mati. Aku harus mati. Aku akan mati dan membuat semua orang yang merisakku menyesalinya.” [Mok Hye-won]

Jika kamu ingin mati, bibi akan mati bersamamu. Ayo mati bersama. Lagi pula, ibuku sudah mati. [Shin Myung-yeo]

Aku senang kamu hidup. Terima kasih karena tidak mati, Hae Won. [Lim Eun-seob]

“Jika ini cinta, kuharap kamu bisa memberitahuku. Jangan biarkan aku pergi. Minta aku tetap di sisimu selamanya seperti salju abadi yang tidak pernah meleleh.” [Mok Hye-won]

“Karena suaminya tidak selalu memukulnya, dia bertahan dengannya. Saat dia tidak memukulnya. Semua akan baik-baik saja. Dia mungkin orang paling manis dan hangat di sana. Ya. Tapi dia kehilangan kendali untuk sesaat. Lihat betapa putus asanya dia memohon maaf. Dia pasti mengatakan itu dalam hati dan terus memaafkannya. Dia menyimpan harapan palsu.” [Cha Yoon-taek]

“Pada akhirnya, dia melanggar janjinya. Dia mengingkari janjinya dan memukulnya lagi. Dia sempat kehilangan kesabaran? Siapa pun bisa marah, tapi mereka menahan diri. Jika tidak bisa menahan emosi, kenapa dia harus tahan dengannya? Meski hanya memukul sesekali, dia tetap memukulnya. Dia orang yang hangat? Apa itu masuk akal? Bagaimana bisa dia. Apa yang dia lihat darinya?” [Shin Myung-yeo]

“Aku kasihan kepadanya. Aku menikahinya karena dia baik kepadaku. Lebih baik dari siapa pun. Tapi aku kasihan kepadanya sekarang. Aku kasihan kepadanya. Aku tidak bisa meninggalkannya. Tapi dia memukulku saat marah. Aku tidak akan pernah bisa meninggalkannya. Jika aku meninggalkannya, siapa yang ingin bersamanya?” [Shin Myung-joo]

“Kamu tahu, apa sebutan serpihan cahaya saat sinar matahari memantul di permukaan danau? "Kilauan matahari". Aku juga ingin bersinar seperti itu. Bahkan setelah kematian.”

Unggahan Blog Pribadi Toko Buku Good Night

“Aku putra gelandangan yang tinggal di gunung. Suatu hari, aku ditelantarkan. Aku dibesarkan oleh orang tua angkatku. Meskipun aku tidak menganggap itu sebagai kelemahan. Beberapa orang berharap aku terluka karena itu. Kenapa kamu tidak menderita? Bukankah kamu anak yang tinggal di pondok di gunung? Bukankah ayahmu gelandangan? Apa aku harus hidup menderita dan sedih seperti yang mereka inginkan? Aku sudah lama memikirkannya, dan jawabannya tidak. Aku menyadari tidak ada alasan untuk menderita. Saat aku merasa bersyukur kepada banyak orang. Bagaimanapun, semua itu sudah berlalu.”


Episode 12, Pengakuan

Hanya karena aku tidak suka mawar, apa itu mengubah fakta bahwa mawar itu indah? Tidak, mawar akan selalu indah. Entah aku suka atau tidak. [Lim Hwi]

“Saat kita duduk berhadapan tersenyum dan berbicara di depan pohon itu, napas kita, tawa kita, dan kisah kita terserap di pohon itu. Semuanya terserap begitu dalam. Bahkan setelah kita lupa bahwa kita telah tersenyum dan berbicara di bawah pohon itu, tiap tahun pada musim semi, pohon itu akan mengingat tawa kita, napas kita, dan suara kita untuk menghasilkan daun hijau baru.” [Saat Kita Duduk Berhadapan]

Pikirkan baik-baik. Jika aku memakai panggilan hormat saat bicara denganmu selama ini. Entah itu hanya perasaan atau bukan. Jika dipikir baik-baik, mungkin aku merendahkanmu selama ini. [Lim Hwi]

Aku tidak akan pernah bertanya bagian mana yang berdasarkan fakta dan bagian mana yang fiksi. [Cha Yoon-taek]

“Hei, kamu ingin tahu sesuatu? Aku yang pertama menyukaimu. Benar, kenyataan bahwa aku menyukaimu lebih lama tidak penting. Hae Won selalu menjadi bintang. Bahkan kamu, yang selalu menyendiri, memperhatikan Hae Won. Kamu tahu, aku juga ada di sini. Aku juga ada. Seperti ini, aku juga seperti ini.” [Kim Bo-young]

Jika kalian akan terus berkencan dan bergosip seperti ini, kalian tidak akan masuk universitas. Nilai kalian sudah buruk. [Lee Jang-woo]

“Hari itu, lewat jendela, aku melihatmu terluka sepertiku. Aku ingin pergi, tapi tidak pergi. Aku sebaiknya tidak pergi. Aku akan merasa bersalah. Dengan melupakan semua itu, akhirnya aku mengikutimu. Kamu turun dari kereta di Stasiun Cheongdo. Cheongdo terkenal dengan pohon kesemeknya. Sungai Nakdong yang melintasi kota terlihat jernih. Aku takut kamu akan melompat ke sungai. Bahkan setelah menelepon bibimu, aku masih takut kamu akan mati. Aku takut kamu akan mati. Dan itu mungkin perjalanan musim gugur pertama kita bersama.” [Lim Eun-seop]

“Itu benar, Eun Seop. Bahkan orang yang tampak kecil dan tidak penting juga punya perasaan. Aku hanya mau kamu tahu. Aku akan melakukan apa pun bagaimanapun caranya agar kamu bisa mengetahui perasaanku.” [Kim Bo-young]

Unggahan Blog Pribadi Toko Buku Good Night

“Ini surat cinta pertamaku untukmu. Hari itu, lewat jendela. Aku melihatmu terluka sepertiku. Aku ingin pergi. Tapi tidak pergi. Aku sebaiknya tidak pergi. Aku akan merasa sangat bersalah. Dengan melupakan semua itu, akhirnya aku mengikutimu. Cheongdo terkenal dengan pohon kesemeknya. Sungai Nakdong yang melintasi kota tampak jernih. Aku takut kamu akan melompat ke sungai itu. Bahkan setelah menelepon bibimu, aku masih takut kamu akan mati. Mungkin itu perjalanan musim gugur pertama kita bersama.”

Comments

Post a Comment