Kutipan Drama Hometown Cha-Cha-Cha [Episode 15 & Episode 16 END]

Kutipan Drama Hometown Cha-Cha-Cha


Episode 15

Kenapa orang dewasa suka sekali berbohong? [Choi Bo-ra]

I-jun, kau masih sembilan tahun. Kau seharusnya mementingkan dirimu dahulu sebelum mencemaskan kami. [Yeo Hwa-jeong]

Kau terlalu muda untuk bersikap dewasa. Jangan khawatirkan masa depan. Hiduplah untuk hari ini. Begitu saja. [Chang Yeong-guk]

Sejujurnya, aku ingin makan bersama keluarga, bukan hanya saat aku ulang tahun atau saat aku mendapat prestasi di sekolah. Aku selalu ingin kita tinggal satu rumah. [Jang Yi-joon]

"Manajer investasi memberikan harapan kepada orang biasa bahwa mereka juga bisa menjadi kaya." [Hong Du-sik]

Menangislah jika kau mau. Ini pasti sangat sulit bagimu. Kau pasti menyimpan penderitaan itu dalam-dalam. Kau memikul beban yang sangat berat. Kau boleh bersedih saat bersamaku. Kau boleh menunjukkan rasa sakitmu. Kau boleh menangis. [Yoon Hye-jin]

Kau masih terlihat seperti 15 tahun yang lalu. Kau masih sama seperti saat kita pertama bertemu. Hwa-jeong. Dahulu maupun saat ini, tidak ada apa-apa antara aku dan Yeong-guk. Dia bukan orang yang kusukai. Aku menyukaimu. Apa kau menyadarinya? [Yu Cho-hui]

Tidak mudah menyembunyikan perasaanmu kepada orang lain. Waktu itu, kau begitu cantik, baik hati, ramah, dan sopan. Menjadi guru SD cocok untukmu karena kau suka anak-anak. Tapi meski semua itu, kau terlihat begitu kesepian. Aku ingin merawatmu. Meski tak bisa membalas perasaanmu, dahulu juga aku menyukaimu. Masih sampai saat ini. [Yeo Hwa-jeong]

Ada kulit robek di pinggir kukumu. Itu sakit dan menyebalkan. Kau harus memotongnya dengan benar. Jika tidak hati-hati, akan lebih sakit. [Ji Seong-hyeon]

Aku tak menyangka kau kemari setelah menghilang begitu saja. Du-sik. Aku tak akan minta maaf atas perbuatanku saat itu. Saat itu, aku tak punya semangat hidup. Aku tak sanggup hidup di dunia tanpa Jeong-u. Tapi ternyata aku sanggup. Aku bisa bernapas, makan, dan minum. Bahkan terkadang tersenyum melihat wajah konyol Ha-rang. Dan setelah beberapa lama, aku bersemangat lagi. Du-sik. Aku tidak lagi membencimu. Jadi, sekarang kau juga harus memaafkan dirimu sendiri. [Seon-a]

Kau selamat. Jadi, Du-sik, teruslah hidup. Bukan untukku, tapi untuk dirimu sendiri. Jalani hidupmu dan ikuti kata hatimu. Setelah melakukan segala yang kau inginkan, kita bisa bertemu lagi. [Park Jeong-u]

Teruslah tersenyum. Jangan berpikir apa kau berhak tersenyum dan bahagia. Jangan terlalu banyak berpikir. Tersenyumlah. [Yoon Hye-jin]

Sebenarnya aku hampir bunuh diri. Saat aku mendengar kabar bahwa Jeong-u meninggal, aku berlari ke luar rumah sakit. Aku terus berjalan dan menatap Sungai Han Saat itulah aku berpikir Aku harus mengakhiri hidupku Bukankah sungai ini akan membawaku ke laut Maka bukankah aku bisa bertemu orang tuaku lagi Kenapa dia mengirim pesan saat itu Aku terlalu sibuk sehingga tak ada waktu untuknya Sebenarnya, aku bahkan melupakannya Tapi pesan yang banyak salah ketik itu menyelamatkanku Aku sudah memutuskan untuk bunuh diri hari itu Tapi Bu Gam-ri dan Gongjin menyelamatkanku Karena itu aku kembali Aku tidak mati tapi juga tak tahu bagaimana harus hidup Aku mengunci diri di rumah yang gelap Tapi orang-orang terus mengetuk pintu. Mereka tak bertanya apa pun. Mereka hanya membawa makanan dan mengobrol denganku. Mereka seperti sedang merawat kucing liar. Mereka tampak tak peduli, tapi begitu hangat. Lalu suatu hari, mereka mulai meminta bantuanku. "Lampu toiletku mati." "Mesin cuciku rusak." "Bisa tolong layani pelanggan saat aku pergi?" Aku yakin mereka sengaja. Jadi, itulah akhir kisahku. [Hong Du-sik]

Itu karena kita sudah tua dan lebih mudah mengantuk. [Kim Gam-ri]

Aku merasa sedih karena tubuhku menua di saat jiwaku masih muda. [Park Sook-ja]

Aku selalu memikirkan itu. Lidah dan otakku menjadi kaku. Aku menjadi ceroboh. Waktu memang cepat berlalu. [Lee Mat-yi]

Tentu saja aku merasa seperti itu. Tapi aku senang menjadi orang tua. Jika kuingat-ingat, aku sudah merasakan banyak makanan enak, melihat pemandangan-pemandangan indah, dan bertemu orang-orang yang luar biasa. Aku mau minta apa lagi? aku bahagia. Aku pernah masuk acara TV, bahkan bernyanyi di atas panggung. Dan sekarang, aku mengobrol bersama kalian. Aku merasa sangat bersyukur. Bukan itu saja. Hari ini, lembayung senja tampak sangat indah. Cumi-cumi yang kumakan saat makan malam juga sangat enak. Lihatlah di sekitar kalian, kalian akan menyadari bahwa kalian dikelilingi hal-hal berharga. Setiap hari begitu penuh semangat seperti akan pergi piknik keesokan harinya. [Kim Gam-ri]


Episode 16

Sepertinya aku belum bisa percaya. Ini bukan kali pertama, tapi rasanya selalu berat. Aku masih ingat wajah Bu Gam-ri saat duduk di teras kayunya. Aku juga masih bisa mendengarnya memanggilku dari pinggir jalan. Rasanya seperti dia masih bersamaku. Karena itulah aku belum mau merelakannya. Aku masih ingin bersamanya sedikit lebih lama. [Hong Du-sik]

Awalnya kupikir dia akan tetap di hidupku untuk waktu yang lama. Karena itu, aku terus menunda menemuinya. Kupikir aku masih punya banyak waktu. Tapi ternyata sudah habis. Saat orang tua meninggal, anak yang paling menyesal paling tersedu-sedu. Tapi aku terlalu malu untuk menangis. Anakku sekolah di luar negeri. Ibuku pasti mementingkanku seperti aku mementingkan anak-anakku karena aku putranya. Aku merasa bersalah, tapi tak bisa apa-apa. Aku tak bisa lagi meminta maaf kepadanya. Aku tak bisa merawatnya lagi.

Bu Gam-ri tak akan berpikir seperti itu. Baginya, kau adalah putra baik yang tak pernah terlibat masalah. Kau putra membanggakan yang bekerja sebagai akuntan di Seoul. Kau adalah kebahagiaannya. Kau membahagiakan dan menenangkannya. Kaulah alasan dia hidup. [Hong Du-sik]

Rumah yang kosong akan lebih cepat rusak.

Kau tahu Saat kehilangan orang terkasih, kau harus cukup berduka. Jika tidak, kesedihan akan mengendap dalam tubuhmu dan meletus nantinya. [Yoon Hye-jin]

Du-sik, makanlah sesuatu. Sesulit apa pun hidup, kau harus tetap makan. Sejak lahir, kau terus merasakan sakit. Satu-satunya yang bisa kubantu adalah membawakanmu makanan. Kau memakan makanan buatanku dan kau tumbuh tinggi. Kau tak tahu betapa aku bangga kepadamu. Du-sik, kau ingat yang kau katakan kepadaku? Kau bilang hal terbaik yang orang tua bisa lakukan kepada anaknya adalah dengan tidak jatuh sakit. Itu juga sama untuk para orang tua. Hati kami hancur ketika melihat anak kami kesakitan. Du-sik, kau adalah anak sekaligus cucuku. Jangan pernah lupakan itu. Du-sik, seseorang harus hidup bersama orang lain. Hidup mungkin terkadang membebanimu, tapi jika kau memilih untuk bersama orang lain, seperti yang kau lakukan kepadaku, akan ada seseorang yang menggendongmu. Karena itu, jangan mengurung dirimu sendirian. Makanlah makanan yang kubuat dan cepatlah keluar. [Kim Gam-ri]

Hari itu, kami memberi Bu Gam-ri perpisahan terakhir. Meski sudah mengalami banyak kehilangan dalam hidupnya, dia terus mengurung kesedihannya. Tak pernah sekali pun dia benar-benar bersedih atau berduka. Untuk kali pertama, dia menangis dalam waktu lama. Dan yang lain juga menangisi kepergian Bu Gam-ri dengan cara mereka sendiri. Dari sana, kami memetik hikmah. Selama kami memiliki kenangan tentang mereka, orang-orang yang pernah ada di hidup kami tak akan pernah pergi. [Yoon Hye-jin]

Bisakah kau berhenti bersikap baik kepadaku? Kini kau pasti sudah tahu bahwa aku menyukaimu. Aku tahu kau begitu menjagaku dan mengetahui segala tentangku karena kita sudah lama bekerja sama. Karena sudah menjadi kebiasaan. Namun, tiap kali kau bersikap baik, aku menjadi berharap lebih. Karena itu aku tak bisa bekerja bersamamu lagi. [Wang Ji-won]

Ada banyak hal yang harus kulakukan di sini. Kerja bakti, menjenguk Seumseum di rumah I-jun, dan mengobrol soal DOS bersama Ju-ri. Dan yang paling penting, aku satu-satunya dokter gigi yang dimiliki Gongjin. Dan yang terakhir, karena kau berada di sini. Terima kasih. [Yoon Hye-jin]

Lotre Itu seperti embusan angin sejuk di hidupku yang sesak. [Pyo Mi-seon]

Dahulu, aku belajar bertahun-tahun untuk masuk akademi polisi. Mendapat uang sebesar ini membuatku tidak fokus pada tujuanku. Jadi, aku bertanya pada diri sendiri. "Choi Eun-cheol, sebenarnya apa yang kau inginkan? Menjadi orang kaya atau menjadi polisi?" Ternyata menjadi polisi. Dan aku ingin menjadi polisi agar aku bisa membuat dunia menjadi lebih baik. Begitu pula dengan donasi, karena itu aku ikut berkontribusi. [Choi Eun-cheol]

Sejujurnya, sekitar tiga detik, kupikir kau menghamburkan uang. Tapi tidak. Aku tak ingin menahanmu dari berbuat baik. Selain itu, walaupun menang lotre, kau rajin dan berhasil menjadi polisi. Jadi, kau bebas melakukan apa pun. [Pyo Mi-seon]

Aku tidak tersesat. Tapi hidupku tersesat. Kami selalu sepihak. Bahkan setelah saling berteriak karena perbedaan pendapat, aku selalu merasa kami sepihak. Tapi? Aku ingin Ji-won selalu ada di sampingku. Itu yang membuatku takut. Jika aku sembrono, aku bisa kehilangan dia selamanya. Tapi akhirnya kau mau mencoba. [Ji Seong-hyeon]

Kau seperti diam di ruangan karena takut hujan dan kelaparan karena takut sakit perut. Jangan pernah ragu lagi dan kehilangan momen yang tepat. [Hong Du-sik]

Kau ingat saat aku mengundangmu sewaktu kau masuk kuliah? Itu kali pertama kita bertemu. Sebenarnya, aku sangat gugup pada hari itu. Namun, kau makan tumis kentangku dan bilang rasanya enak. Itu saja. Suasananya masih canggung, jadi, kita hanya makan. Namun, kata-katamu menghangatkanku. Saat itu aku berpikir, bahwa bergabung ke keluargamu bukan ide yang buruk. Duduk bersama di meja makan, mengucapkan "selamat makan" dan memuji makanannya akan cukup menyenangkan.

Aku tak suka melihatnya sendirian. Aku ingin menjadi keluarganya. [Yoon Hye-jin]

Jika kau buntu, pikirkanlah yang sederhana saja. Jangan pikirkan cara-cara yang mewah dan ingat baik-baik tentang kenangan bersamanya. Dengan begitu, kau akan mendapat jawabannya. [Pyo Mi-seon]

Aku teringat hari pertama kita bertemu. Kita sungguh berantakan saat itu. Bukan hanya aku kalau dipikir-pikir kau pasti sangat bingung waktu itu. Wanita yang baru kau temui memintamu mencarikan sepatunya, juga meminta uang Kita berdebat seharian Tapi ombak hari itu membawa kita sampai ke sini. Sama seperti sepatuku yang kembali kepadaku. Aku ingin sepatu kita selalu berdampingan di dekat pintu. Agar tidak ada yang kesepian. [Yoon Hye-jin]

Aku melihat seorang wanita di pantai hari itu. Dia lama terduduk di situ dan aku hanya melihat kesedihan di matanya Aku tak bisa berhenti memikirkannya Mataku terus memperhatikannya Aku tak pernah mengira aku akan mencintainya. [Hong Du-sik]

Dua pasang sepatu di depan pintu, dua sikat gigi di kamar mandi, dan dua celemek di dapur. Semuanya berpasangan. Di rumah itu, maukah kau menikmati hari ini, hari esok, dan seluruh waktu hidupmu bersamaku? Aku mencintaimu. [Yoon Hye-jin]

Tidak sopan mengatakan nama seseorang itu lucu. [Hong Du-sik]

Sekeras apa pun kupikirkan, makan, bermain, dan bekerja. Aku ingin melakukannya bersamamu. Kuharap kau bisa terus sibuk bersamaku, Ji-won.

Belalang Desa membantu Chun-jae menjadi Oh Yoon si penyanyi lagi. Warga desa yang lain pun mendapat hadiah mereka masing-masing. Musim panas yang singkat tapi menyilaukan ini membuat Gongjin ramai. Dan hari-hari yang indah ini terus berlanjut. [Hong Du-sik]

Gaun bisa mengubah penampilan seseorang. [Hong Du-sik]

Walaupun foto bisa dipercantik, ekspresi wajah tidak bisa.

Aku akan ada di depan kapal ini agar kau terus di jalan yang benar. [Yoon Hye-jin]

Tapi lautan tak akan selalu setenang ini. Kita akan bertemu angin dan ombak. Badai pun akan menghampiri kita. [Hong Du-sik]

Tak masalah jika kita kehujanan. Aku tak peduli angin meniup kita selama kita berada di satu kapal. [Yoon Hye-jin]

- The End -

Comments