Kutipan Drama It’s Okay to Not Be Okay
BAB 15 KISAH DUA LELAKI BERSAUDARA
Kau sudah merusak putriku. Dia lukisanku yang paling sempurna, tapi kau merusaknya. Aku mengubah wajahku beberapa kali. Aku mewariskan mata, hidung, dan mulutku kepadanya. Aku membentuk wajah, tubuh, rambut, bahkan jiwanya. Aku menoreh kanvas dan menciptakannya. Dia adalah lukisanku. Dia tidak mau menurutiku, semuanya karena kau! Pada akhirnya, karya yang gagal harus dibuang. Aku juga tak mau membuangnya. Aku tak mau usahaku sia-sia. [Park Haeng-ja]
Burung dengan sayap yang patah tidak akan bisa terbang. [Ko Moon-young]
Meskipun kupu-kupu itu muncul, jangan dibunuh. Kau tak boleh melakukannya. Kau sudah berjanji padaku untuk tak melakukannya. [Moon Kang-tae]
Kita tak pernah tahu masa depan. [Oh Ji-wang]
Manusia terlalu lemah. Karena itulah mereka sakit, sama seperti pasien-pasienmu. [Park Haeng-ja]
Karena lemah, mereka bersatu. Manusia hidup saling bergantung satu sama lain. [Oh Ji-wang]
Kau selalu terluka karena diriku. Jika bersamaku, kau akan terus menderita. Maafkan aku. [Ko Moon-young]
Ada beberapa orang yang tak bisa menjalani kehidupan normal. Sepertinya dewa yang jahat melimpahkan semua penderitaan kepada mereka. Aku merasa kasihan, sedih, dan sangat marah. [Lee Sang-in]
Hukum kuantitas penderitaan. Tiap orang punya jumlah penderitaan dan kebahagiaan yang sudah ditentukan. Jika semua penderitaan dikeluarkan sekarang, hanya tersisa kebahagian. [Nam Joo-ri]
Seperti yang kau katakan, aku bukan tong kosong. Aku punya perasaan. Aku tak bisa melupakannya. Seumur hidup, aku tak bisa melupakan deritamu dan Sang-tae karena diriku. Kau juga akan sengsara tiap melihatku. [Ko Moon-young]
Kita tak boleh lupa dan harus menghadapinya. Dengan begitu, kita akan menjadi dewasa dengan jiwa bertumbuh. Kita Anggap saja mimpi buruk. [Moon Kang-tae]
Kalian akan tetap menderita, entah memilih bersama maupun berpisah. Pilihan mana pun, kalian akan tetap menderita. Bukankah lebih baik menderita bersama? Wajah yang sangat kau benci, ternyata juga bisa menyelamatkanmu. Itu bisa menahanmu untuk tidak meledak. [Oh Ji-wang]
Bagi Mun-yeong, dongeng adalah satu-satunya cara untuk berkomunikasi dengan dunia ini. Itu ibarat mulut dan hidung baginya. Jika berhenti, berarti dia memutuskan untuk hidup sendiri sampai mati! [Lee Sang-in]
Kau tak bisa hidup sendiri sekarang. Karena kau sudah tahu apa itu kehangatan, dan rasa kenyang. Jadi akui saja bahwa kau adalah anak kecil yang ingin dicintai. [Moon Kang-tae]
“Dahulu kala ada dua bersaudara miskin yang saling menyayangi. Saat musim panen, mereka memanen beras. Sulung mencemaskan Bungsu akan kehabisan beras. Suatu malam, dia diam-diam membawa sekarung beras dan meninggalkannya di depan rumah Bungsu. Pada hari yang sama, Bungsu membawa sekarung beras dan meninggalkannya di depan rumah Sulung karena memikirkan kebutuhan Sulung yang punya banyak anak. Saat bangun keesokan harinya, keduanya pasti menyadari jumlah beras mereka tak berkurang, 'kan? Mereka berdua merasa aneh. Saat malam, mereka kembali meninggalkan beras di rumah satu sama lain. Mereka terus melakukan itu selama beberapa hari.” [Moon Kang-tae]
Saudara yang saling menyayangi harus tinggal bersama agar tak perlu menderita.[Moon Kang-tae]
Jangan sampai kita menderita karena mengambil pilihan salah. Di mana pun tak masalah, asal kita tetap bersama. [Moon Kang-tae]
Seorang kakak harus menjaga adiknya. Tapi sekarang kau sudah besar, jadi, jaga dirimu sendiri karena aku sibuk sekarang. [Moon Sang-tae]
Aku mungkin membosankan, tapi aku ingin membuatmu terkesan. Aku akan terus berusaha. Apa pun yang terjadi, aku akan melawan, dan menghadapinya. Jadi, berhentilah menjauh dariku. [Moon Kang-tae]
Cinta mengubah seseorang. Itulah kekuatan cinta. [Joo Jung-tae]
BAB
TERAKHIR
MENCARI
JATI DIRI SESUNGGUHNYA
“Berhenti biasanya
tiba-tiba tanpa peringatan.”
“Sejujurnya kau
bukan tipe yang disukai kebanyakan orang.”
“Kau tak perlu
berbuat baik agar orang lain menyukaimu. Baik denganku
saja cukup.”
“Berbaikan
dilakukan pihak bersangkutan. Jika ada orang lain, itu tak
membantu malah mengganggu.”
“Kau bisa menjadi
kakak jika punya adik.”
“Hidupmu menderita
selama ini, tak perlu belajar.”
“Hidup bersamaku
dan tak perlu melakukan apa pun, seperti parasit.”
“Aku paling suka diriku
sendiri.”
“Pasti sulit
selalu berpura-pura kalah.”
“Jangan sengaja
menutup matamu dan mengatakan bahwa kau tak bisa melihat
pintu keluar. Pakai sepatu dan keluarlah. Jangan kembali
sebelum ketemu pintu.”
“Tak semua orang
tua dan anak mirip.”
“Meskipun uang
bukan segalanya, aku butuh uang untuk hari tua.”
“Kau harus mencari
cara lain saat tak bisa melakukan sesuatu.”
“Anakku ibu
sangat mencintai dan menyayangimu. Aku ingin kau hidup
sepertiku. Aku ingin kau tak mudah goyah dan
tak mudah terpengaruh orang lain.”
“Kau harus hidup mengikuti nalurimu.”
“Aku nyaris hidup
menjadi iblis sepertimu. Aku beruntung tak menjadi
sepertimu.”
“Aku sangat
kasihan denganmu karena kau tak menyadari keadaanmu.”
“Kau hanya punya
nafsu makan dan tak mengerti kehangatan.”
“Kau tak bisa
mengetahuinya dan tak mencoba mencari tahu. Karena
itu aku berbeda denganmu.”
“Kehangatan adalah sesuatu
yang baik.”
“Aku akan berusaha
sekuat tenaga untuk menghapusmu dari ingatanku.”
“Kau tak akan bisa
menghapusku. Kau tak mungkin bisa melupakanku!”
“Kau pernah bilang
itu dari kata psyche yang berarti psikopat. Namun,
kupu-kupu bagi kami adalah penyembuhan. Penyembuhan jiwa.”
“Jika tak bisa
dihapus, bisa ditimpa dengan sesuatu yang lebih baik.”
“Kupu-kupu adalah psyche,
simbol dari penyembuhan.”
“Jangan terus
mengikutiku. Lakukanlah yang kau inginkan. Tinggalah
di tempat yang kau inginkan.”
“Habis pahit sepah
dibuang.”
“Habis manis sepah
dibuang.”
“Kelamaan pasti
terbiasa.”
“Mencari
Jati Diri Sesungguhnya Dahulu
kala di kastel nan jauh di
tengah hutan, ada tiga orang remaja yang
hidup bersama karena jati diri mereka dirampas oleh Penyihir Bayangan. Mereka
adalah anak lelaki yang selalu memakai
topeng dan tersenyum palsu, Tong
Kosong yang bersuara nyaring, dan
tak memiliki emosi, dan anak lelaki yang terjebak dalam kotak. Mereka tak bisa mengeluarkan ekspresi karena jati diri mereka dirampas. Mereka selalu saling salah paham dan bertengkar karena tak bisa mengetahui perasaan satu sama lain.”
“Dahulu
kala di kastel nan jauh di
tengah hutan, ada tiga orang remaja yang
hidup bersama karena jati diri mereka
dirampas oleh Penyihir Bayangan. Anak lelaki yang terjebak di dalam kotak berkata, ”Kita harus menemukan kembali jati diri kita agar
tak bertengkar dan hidup bahagia.” Mereka
menaiki mobil kemah untuk mencari
jati diri mereka. Di perjalanan mereka bertemu
Ibu Rubah yang sedang menangis di ladang yang dipenuhi salju. Anak lelaki yang selalu memakai topeng menanyakan Ibu Rubah,”Kenapa kau terus menangis?” Ibu
Rubah menjawab, “Aku kehilangan anak di ladang salju ini. Saat menggendongnya di punggungku, aku terlalu sibuk mencari makan.” Melihat
Ibu Rubah yang terus menangis sambil
memukul-mukul dadanya, anak
lelaki pun mulai mengeluarkan
air mata yang hangat. Setelah
beberapa lama, salju meleleh dan
mereka berhasil menemukan anak
rubah yang membeku tertimpa salju. Mereka
bertiga melanjutkan perjalanan, dan
bertemu dengan badut yang menari
tanpa busana di ladang bunga berduri. Tong kosong bertanya pada badut itu, ”Kenapa kau menari dengan segenap hati di ladang yang penuh duri?” Badut
menjawab,”Dengan begini orang-orang akan memperhatikanku.” Namun, orang-orang tetap
tak memperhatikannya. Itu
hanya membuatnya kesakitan. Lalu,
Tong Kosong memasuki ladang bunga
berduri, dan mulai menari bersama Sang
Badut. ”Karena
aku adalah tong kosong, tertusuk duri
tak membuatku terluka.” Sesaat setelah Tong Kosong mulai berlari
dan menari, terdengar suara yang sangat
nyaring dari dalam tubuhnya. Orang-orang mulai berkumpul setelah mendengar suara itu, lalu menonton mereka menari sambil bertepuk tangan.”
“Kau tak boleh
mengumpat kepadaku. Aku lebih tua darimu.”
“Walau kau
terjatuh, kau tak akan terpuruk. Karena kau sangat
kuat.”
“Bepergianlah yang
jauh Kau pasti mendapatkan banyak hal selama
perjalanan. Kau pasti akan mengalami kesulitan jika
pergi dengan mereka. Meskipun begitu, pasti akan sangat
menyenangkan.”
“Kabur artinya
pergi jauh dengan pemikiran tak akan kembali lagi. Sedangkan
bepergian itu pergi jauh dengan pemikiran akan kembali
lagi.”
“Jika kita akan
kembali lagi, untuk apa bepergian? Lantas kenapa
makan jika akhirnya buang air besar?”
“Hal yang ingin
aku lakukan adalah bepergian tanpa tujuan
dengan bebas, dan tak memikirkan nantinya. Entah satu bulan atau
lebih dari enam bulan.”
“Di saat tak bisa
menahan diri, berhitunglah sampai tiga. Perasaanmu akan
menjadi lebih tenang.”
“Kau tak boleh memarahi
orang yang sakit.”
“Harapan tak
seindah kenyataan.”
“Kau adalah
milikmu. Aku adalah milikku.”
“Mereka
bertiga melanjutkan perjalanan untuk
mencari jati diri yang hilang. Di
perjalanan, Penyihir Bayangan yang
jahat muncul di hadapan mereka. Lalu,
dia menculik Anak Bertopeng yang mengeluarkan air mata untuk Ibu Rubah, dan Tong Kosong yang menari bersama badut. Mulai sekarang kalian tak bisa hidup bahagia. Setelah
dikutuk, mereka dikurung dalam
gua yang gelap. Anak Kotak
menemukan mereka usai beberapa
hari. Namun, dia tak bisa masuk gua karena pintu masuknya terlalu sempit. “Bagaimana ini? Jika ingin masuk ke dalam gua, aku harus melepaskan kotak ini.” Pada saat itu, dari dalam gua terdengar suara Anak Bertopeng. “Pergilah yang jauh, jangan mencemaskan kami. Penyihir Bayangan akan kembali.” Namun, Anak Kotak dengan berani melepaskan
kotak yang digunakannya dan
bergegas memasuki gua yang gelap itu untuk
menyelamatkan Anak Bertopeng dan Tong Kosong. Setelah keluar dari gua, Anak Bertopeng dan Tong Kosong melihat wajah Anak Kotak yang dipenuhi lumpur dan tertawa terbahak-bahak. Mereka terus tertawa. Topeng
milik Anak Bertopeng jatuh setelah
dia tertawa terbahak-bahak sambil
memegang perutnya. Tong kosong
yang membebani putri itu juga
ikut terjatuh. Melihat mereka berdua menemukan jati diri mereka, anak lelaki
yang berhasil melepas kotaknya berkata Bahagia. Dia bahagia. Aku
bahagia. Apa yang dirampas oleh Penyihir
Bayangan bukan jati diri mereka yang
sesungguhnya, tapi keberanian untuk mencari kebahagiaan.”
Comments
Post a Comment