Kutipan Drama Would You Like a Cup of Coffee? [Episode 01 & Episode 02]

Kutipan Drama Would You Like a Cup of Coffee?

Ibu seharusnya mendorongku untuk berusaha lebih keras, tapi malah menyuruhku menyerah. Itu namanya bersikap pesimis. [Kang Ko-bi]


Episode 1, God Shot

Kamu membuat kopi yang mengubah hidupku. Jadi, kamu harus bertanggung jawab untukku. [Kang Ko-bi]

Saat pertama berkecimpung ke bisnis kopi, orang-orang mengkritikku karena mengelola kafe di usia muda. Namun, kini menjadi barista adalah salah satu pilihan karier. [Park Seok]

Jika dipikir-pikir, orang tua, termasuk diriku, sangat aneh. Mereka menilai orang dengan penghasilan, seberapa besar rumah mereka, dan kapasitas mesin mobil mereka. Mereka bahkan menilai kepribadian orang-orang. Semua selalu tentang angka, kecuali usia. Itu berarti usia penting atau tidak? [Kim Joo-hee]

Dia sangat berani seperti anak-anak zaman sekarang. Namun dia sangat sopan, jadi, tidak seperti salah satu dari mereka. [Park Seok]

"Dahulu di zamanku..." Jangan memulai kalimatmu dengan itu. Anak-anak muda membencinya. [Ms. Hwang]

Para pelanggan muda memberitahuku bahwa aku selalu memulai kalimatku dengan "Dahulu di zamanku". Jadi, aku bertanya apa maksud mereka. Mereka mengatakan itu kepada orang tua yang berusaha menceramahi mereka. [Ms. Hwang]

Aku tidak goyah saat mereka mengkritik makananku karena aku tahu makananku enak. Namun jika mereka tidak mau datang ke restoranku karena omelanku, itu akan membuatku dalam masalah. Jadi, aku berusaha menutup mulutku belakangan ini. [Ms. Hwang]

Jika memanggang biji kopi dengan metode sangrai gosong, maka akan ada rasa asapnya. Namun kurasa itu bukan cara terbaik untuk menonjolkan karakteristik biji kopi, meski mungkin beberapa orang tidak suka. [Park Seok]

Hidup kita selalu dalam krisis. [An Mi-na]

Saat secangkir kopi menginspirasi karyamu atau mengubah hidupmu, kami menyebutnya God Shot. [Jung Ga-won]

Orang tuaku menamaiku Go Bi agar aku bisa semurni dan berpikiran luas seperti Gurun Gobi. [Kang Ko-bi]


Orang berpengalaman paling paham. [Kim Joo-hee]

Minum espreso rasanya seperti mimpi saat aku bertemu dengan temanku yang kuputuskan hubungan setelah bertengkar. Saat bersamanya, ada momen pahit dan masam. Jadi, kupikir aku tidak akan bisa akur dengannya lagi. [Kang Ko-bi]

Menemukan kopi yang sesuai dengan seleramu tidak mudah. Harus kerja keras untuk itu. Tapi kurasa tidak banyak orang yang tahu selera kopi mereka. [Kim Joo-hee]

Bagiku, kopi seperti teman yang membantuku tetap terjaga saat aku bekerja. [Kim Joo-hee]

Beberapa orang pasti menemukan selera mereka usai mencoba kopimu. [Kim Joo-hee]

Episode 2, Go Bi. Go Bi? Go Bi!

Tapi mana bisa membuat kopi yang sempurna tanpa umpan balik? [Kim Ji-young]

Jangan percaya yang kamu lihat. [Park Seok]

Jangan hanya mengandalkan mesin setelah menekan tombol mulai. Periksa proses penarikannya selama beberapa detik. Periksa jumlah air yang keluar lebih dahulu. Jika air yang keluar tidak lurus, artinya tekanannya berubah. Berarti pemadatannya tidak seimbang. Mengekstrak 25 ml dan 35 ml tidak selalu bagus. Kamu harus memeriksa jumlah dan warna espreso itu. Jangan pikirkan kerugiannya nanti. Yang kamu butuhkan adalah kemampuanmu merencanakan caramu menarik espreso dengan akurat. [Park Seok]

Aku tidak tahu membuat espreso sesulit ini. [Kim Ji-young]

Kupikir aku hanya perlu menekan tombol mulai. [Kang Ko-bi]

Memang benar kamu membuat espreso hanya perlu menekan tombol mulai. Tapi semua kerja keras yang dikerahkan sebelum menekan tombol tidak dihargai. Itulah yang mengecewakan. [Park Seok]

Terkadang, kamu dapat dorongan saat seseorang mengerti apa yang kamu alami. [Park Seok]

Menurutku yang bisa dijual. Bukan berarti enak. [Park Seok]

Kamu tidak boleh kejam kepada orang, jadi, kenapa kamu dingin kepadanya? Kamu tahu, saat beberapa orang mengusik pikiranmu secara tidak terduga? [Park Seok]

Comments